reproduksi remaja

Blog ini berisi berbagai info mengenai kesehatan reproduksi remaja. Komentar, pertanyaan dan informasi lebih lanjut hubungi reproduksiremaja@yahoo.com

Wednesday, March 08, 2006

ATM Kondom, Perlukah?


”ATM kondom? Wah, makin bebas aja tuh anak-anak! Mungkin seks bebas semakin merebak di dunia mereka,” seruan kaget itu terlontar dari mulut Ny. Rosi (46).

Seruan kaget merupakan reaksi pertama masyarakat tentang rencana diberlakukannya ATM ( Automatic Teller Machine) kondom di Jawa Barat, termasuk di Bandung. ATM kondom kini baru dipasang di beberapa tempat di Jakarta. Di sejumlah daerah seperti Bogor dan Bandung, rencana itu mendapat komentar pro dan kontra.

"Daripada ATM yang aneh-aneh begitu, mending ATM jus aja deh, kayak di Jepang. Masukin uang logam, keluar deh minuman segar," kata Wita (14), pelajar SLTP kelas 3 yang mengaku tahu tentang ATM kondom melalui koran.

Begitulah, berita tentang ATM kondom memang tidak mengada-ada. Cring...cring...cring... masukkan tiga buah uang logam lima ratus rupiahan ke dalam ATM, nanti akan keluar sebuah kotak kondom merek "Artika" berisi 3 buah. Pilihan aroma terserah pembeli. Ada lima buah tombol untuk memilih kondom dengan aroma yang diinginkan, pisang, cokelat, atau stroberi . Harga Rp 1.500,00 adalah harga sesudah disubsidi. Di apotek harga untuk kondom yang sama mencapai Rp 3.500,00 per kotak.

Di Bandung dan daerah-daerah Jawa Barat lainnya, ATM kondom memang belum dipasang. Kalaupun ada, baru satu contoh terpasang di kantor BKKBN Jabar. Itu pun dalam bentuk kotak sederhana. Sebuah kotak persegi panjang seperti gardu listrik. Ada sepuluh kotak baru yang bentuknya lebih oke dan masih disimpan di sebuah ruangan oleh BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Jawa Barat atas titipan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Jabar. Satu ditempatkan di mobil layanan keliling KB BKKBN Jabar.

"Tanggal 20 Desember 2005 lalu, pada acara Pertemuan Institusi Masyarakat Pedesaan Regional yang diikuti Jawa Barat, Bali, dan Kalimantan Barat, Kepala BKKBN Pusat Dr. Sumarjati Arjoso, S.K.M. memberikan sepuluh unit itu kepada Ketua KPA dengan pesan penggunaannya tidak hanya untuk kepentingan AIDS, juga untuk program KB," cerita Kepala BKKBN Jabar Drs. H. Hertog N. Saud, M.P.A. tentang asal muasal ATM yang ditolak di beberapa tempat seperti Bogor dan Yogyakarta itu.

Untuk memulai aktivasi ATM ini pihak BKKBN Jabar melangkah dengan amat hati-hati. Saat ini Hertog beserta jajarannya baru sampai tahap menyosialisasikannya kepada berbagai pihak, terutama para tokoh masyarakat.
"Kami juga punya kekhawatiran yang sama dengan tokoh-tokoh agama. Kalau disebarkan asal saja, bisa-bisa disalahgunakan. Kami tempatkan di tempat pasangan suami istri yang mudah mengambilnya, tapi menyulitkan orang yang bukan pasangan suami istri. Kami kan mau kemaslahatan umat juga," tegas Hertog.
Meniru Jakarta, Hertog mungkin akan menempatkan ATM kondom di Polda, kantor pemda, atau perusahaan yang mayoritas karyawannya sudah berkeluarga. "Tempatnya pun tidak asal, tapi di kliniknya," tegas Hertog.

Kendati akan ditempatkan pada lokasi yang "susah-susah gampang", Drs. Ahmad Hadits (47) salah seorang guru sekolah menengah tingkat atas Kota Bandung dengan tegas menolak untuk keberadaan ATM kondom ini. "Saya menolak! Itu sama saja peniadaan permaluan. Orang tidak akan malu-malu lagi melakukan hubungan seks bebas," katanya tegas.

Kekhawatiran akan legitimasi atau penghalalan seks bebas juga dikemukakan Ir. Sodik H. Sodik Mujahid, M.Si., Ketua Yayasan Darul Hikam Bandung. Sodik khawatir timbul persepsi salah dalam masyarakat, kalau sudah memakai kondom melakukan seks bebas tidak apa-apa.
"Saya pernah melihat sebuah spanduk tentang anjuran penggunaan kondom. Padahal ini kan sifatnya atau urusannya agak pribadi, sehingga yang terjadi adalah lebih besar mudaratnya. Harusnya pencegahan atas efek seks bebas ini adalah anjuran untuk melakukan seks yang halal. Kalau ATM kondom diberlakukan, pihak terkait juga harus seimbang dalam melakukan kampanye anti zinah," tegas Sodik.


Bagi Adhi Ardiansyah (25) pegawai perusahaan swasta di Jakarta, ATM kondom bisa menjadi pemicu semakin bebasnya para remaja atau anak muda melakukan hubungan seks pranikah.
Dari data Mitra Citra Remaja Bandung, sebuah layanan konsultasi kesehatan reproduksi remaja, memang terungkap angka yang cukup memprihatinkan tentang kasus hubungan seks sebelum nikah. Dari tahun 2001 hingga 2005 kasus remaja yang mengaku melakukan hubungan seks pranikah sebesar 883 kasus.

Salah seorang pengasuh MCR Abdurrahman Shaleh (22) menilai, ATM kondom tidak akan berpengaruh pada tingkat kasus remaja melakukan hubungan seks. "Dari kasus yang masuk, terlihat banyak remaja yang sudah tidak asing melakukan ML (making love, istilah remaja untuk hubungan seks pranikah). Tanpa adanya ATM kondom seks bebas sudah tinggi. Saya pribadi setuju saja ada ATM seperti itu. Memang seperti buah simalakama. Tapi daripada menjadi lebih buruk lagi (efek) pada yang melakukannya, misalnya terkena penyakit akibat hubungan seks, bisa AIDS atau yang lainnya, minimal (dengan memakai kondom-red.) dia aman," kata Igun, panggilan Abdurrahman. Dalam layanannya, para pengasuh MCR lebih mengarah pada tindakan persuasif dengan menganjurkan lebih baik tidak melakukan hubungan seks di luar nikah.

Menanggapi pro-kontra masyarakat atas rencana kehadiran ATM kondom, Ketua MUI Jawa Barat Drs. K.H.A. Hafizh Utsman menganjurkan masyarakat santai-santai saja menerimanya.
"Yang saya tahu ATM kondom adalah program dari WHO dan diterapkan dalam rangka penanggulangan penyakit AIDS dan HIV. Sikap kita harus dewasa, jangan mengambil kesimpulan seolah-olah ATM kondom melegitimasi pelacuran," tukas Hafizh.
Hafizh membandingkan betapa umumnya kini kondom tersebar di mana-mana, dari jongko-jongko (kios kecil) hingga hotel-hotel. Menurut Hafizh, kekhawatiran masyarakat terhadap ATM kondom terlalu berlebihan.
"Ini adalah rencana pemerintah untuk pengamanan AIDS dan HIV. Santai sajalah menilainya, jangan berlebihan. Saya punya kepercayaan bahwa pemerintah tak akan menjerumuskan warga negara," nilai Hafizh.
Dalam pandangan Hafizh, membicarakan ATM kondom hanyalah berbicara tentang buntut, bukan hulu atau pokok persoalan sebenarnya. "Kalau kita mau bicara pokok persoalannya adalah tentang aturan kenegaraan mengenai penanganan pelacuran dan perzinahan. Kita jangan mendefinisikan perzinahan seperti sekarang. Definisi sekarang kan kalau mau sama mau sepertinya bukan zinah. Padahal perzinahan adalah hubungan yang dilakukan di luar pernikahan," tegas Hafizh.
Ditegaskannya, yang harus dilakukan bukan meributkan soal ekor tadi, melainkan memegang kepala masalahnya. Sudah saatnya melakukan revisi beberapa pasal dalam KUHP tentang perzinahan, dimulai dari definisi tersebut.
"Karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang agamis, nilai-nilai agama yang harus diterapkan. Dalam masalah perzinahan, harusnya pemerintah aktif dalam memberantasnya, bukan sekadar menjadikan perzinahan sebagai delik aduan. Hal tersebut dilakukan demi menjaga kesahihan keturunan Adam."
Menurutnya, titik berat perbaikan tersebut harus dimulai dari penegakan hukum yang setegak-tegaknya. "Namun kita umat Islam jangan putus asa, sisi hukum kita sedang tumbuh. Untuk mengatur masyarakat memang tidak semudah membalikkan telapak tangan," kata Hafizh.
(Uci Anwar)***

0 Comments:

Post a Comment

<< Home